Geopark (Taman Bumi) merupakan suatu konsep manajemen pengembangan kawasan secara berkelanjutan, yang memadu-serasikan tiga keragaman alam yaitu keragaman geologi (geodiversity), keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity) dengan tujuan untuk pembangunan serta pengembangan ekonomi kerakyatan yang berbasis pada asas perlindungan (konservasi) terhadap tiga keragaman tersebut.Keragaman geologi (geodiversity) yang dapat dimanfaatkan dalam geopark merupakan warisan geologi yang mempunyai nilai ilmiah (pengetahuan), jarang memiliki pembanding di tempat lain, serta mempunyai nilai estetika dalam berbagai skala. Nilai-nilai tersebut menyatu membentuk kawasan yang unik sebagai tempat kunjungan dan objek rekreasi alam-budaya, serta berfungsi sebagai kawasan warisan geologi yang mempunyai arti lindung dan sebagai situs pengembangan ilmu pengetahuan kebumian.
Provinsi Jambi yang meliputi kawasan Merangin secara geografis terletak di tengah pulau Sumatera. Provinsi ini di sebelah berbatasan dengan Provinsi Riau, sebelah timur dengan selat berhala, sebelah selatan berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan sebelah barat dengan Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Bengkulu. Kondisi geografis yang cukup strategis di antara provinsi disekitarnya membuat peran provinsi Jambi cukup penting terlebih lagi dengan dukungan sumber daya alam yang melimpah. Salah satu sumber daya alam yang sangat bernilai terdapat di Kabupaten Merangin dengan ditemukannya beberapa potensi keragaman geologi, disepanjang aliran sungai Merangin dan Sungai Mengkarang.
Potensi-potensi tersebut, mencakup fosil flora dan fauna Jambi berumur 250-290 Juta tahun (Zaman Perem Akhir). Fosil flora jambi tersebut terekam pada batuan gunung api bersisipan sedimen laut (batu gamping, serpih gampingan). Sementara itu di dalam sedimen batuan tersebut ditemukan kandungan fosil fusulina, krinoid, amonit, dan brakhiopoda yang berumur perem awal-tengah yakni sekitar 290 juta tahun yang lalu.
Selain itu terdapat fosil tumbuhan, yang berupa batang kayu tekersikkan berukuran raksasa berumur Tersier-Kuarter awal.
Berdasarkan hasil penelitian pada koleksi fosil flora jambi yang dilakukan Moleh Badan Geologi yang bekerjasama dengan para ahli dari Belanda (Geological Research Institute-Naturalis Leiden, The Netherlands) mengindikasikan bahwa pada zaman Paleozoitikum Mintakat Sumatera Barat (west Sumatera Block) dihuni oleh fauna air hangat dan flora tropis jambi yang berkaitan dengan flora Cathaysia. 'Taman Botani Purba' kawasan Sungai Mengkarang-Merangin waktu itu merupakan daratan berhutan tropis. Hal ini dibuktikan oleh kehadiran fosil tumbuhan berupa batang pohon yang sudah membatu dan fosil daun Macralethopretis sp, Cordaites sp, Calamites sp, Pecopteris sp, Lepidodendron, dan lain-lain. Fosil batang pohon Araucaryoxillon yang terawetkan masih berada pada posisi tumbuh (in-situ). Situs Geologi ini merupakan yang terbaik di Asia. "Fosil Flora Jambi" adalah salah satu keragaman geologi Pulau Sumatra dan indonesia yang sangat penting, karena fosil flora yang dikandungnya merupakan flora tertua di Asia Tenggaradan sebagai fauna penghubung antara provinsi flora cathaysian dan Euramerican. Seperti diketahui, fosil flora Cina Utara sedikit lebih muda dari "Flora Jambi", sehingga dapat disimpulkan, bahwa "Flora Jambi" merupakan inti titik penyebaran flora (botanical nucleus) ke berbagai arah.
Selain keragaman geologi yang unik, langka dan fenomenal di kawasan Sungai Merangin-Mengkarang, juga tak kalah fenomenalnya keragaman hayati yang dimilikinya. Lokasi "Flora Jambi" Merangin beradda pada bagian paling timur kaki Gunung Kerinci yang merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Luas TNKS yang masuk kedalam wilayah administratif Provinsi Jambi adalah 422.190 ha (30,86%) dan berada pada dua Kabupaten, yaitu Kabupaten Kerinci dan Kabupaten Merangin. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian keragaman hayati di kawasan tersebut merupakan bagian dari ekosistem TNKS.
Batang Merangin yang merupakan tempat keberadaan "Flora Jambi" memiliki keterkaitan dan interaksi yang erat dengan masyarakat setempat. Hal tersebut tercermin dari karakteristik masyarakat setempat yang tidak dapat terlepas dari Batang Merangin. Begitu pula budaya yang tercipta seccara turun temurun melalui mitos atau cerita rakyat, tidak dapat terlepaskan dan dipisahkan dari keberadaan batang merangin, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup (mandi, mencuci baju, mencari nafkah, dan lain-lain)dengan segala komponennya. Aliran sungai Merangin juga menjadi batas alami bagian selatan perkampungan dengan perkebunan karet nasyarakat. Saat ini, keduanya dihubungkan oleh jembatan gantung yang menjadi akses penting penduduk Desa Air Batu.
Landasan utama sistem keyakinan di Dessa Air Batu dan Desa Biuku Tanjung adalah Agama Islam. Akar etnisitas di kedua desa diakui sama yaitu suku batin (asli) dan suku penghulu (pendatang). Sebagian besar penduduk Desa Air Batu berassal dari suku batin. Secara aturan, adat suku batin lebih condong ke hukum sara/sar'i/ Agama, sebagaimana pernyataan "Adat Bersendi Sara', Sara' Bersendi Kitabullah".
Sumber : Badan Geologi Kemnterian ESDM
Indonesia memang sungguh memiliki warisan yang tidak terkira nilainya. Mari kita lestarikan.
BalasHapusAyo kita anak" merangin lestarika dan lindungi alam merangin salam anak pamenang- merangin
BalasHapusterima kasih infonya
BalasHapussep dah
BalasHapus